Indian Nano Delta Indian Romeo Alfa - Zebra Alfa Hotel Romeo Alfa - Papa Uniform Tango Romeo Indian

Minggu, 09 Juni 2013

STRUKTUR PASAR

A.    Pasar Persaingan Sempurna dan Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Manusia adalah makhluk ekonomi. Di dalam kehidupan manusia, manusia senantiasa bertemu dengan istilah demand, supply, consume, and produce. Hal ini terjadi baik disadari maupun tidak. Semua permintaan dan penawaran akan berinteraksi di pasar. Pembagian macam pasar sangat banyak, mulai dari menurut waktunya, jenis barangnya, hingga pola interaksi pasarnya. Pola-pola pasar dalam kehidupan manusia memiliki dua titik ekstrem yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Kedua bentuk pasar ini mendekati mustahil atau sulit untuk ditemui di kehidupan manusia. Menurut Eeng Ahman, pelaku di pasar persaingan sempurna dalam hakikatnya tidak memiliki kemampuan sama sekali untuk memengaruhi harga pasar. Harga pasar ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu interaksi demand and supply. Untuk memasuki pasar ini tidak ditemukan sama sekali hambatan sehingga jumlah penjual dan pembeli sangat banyak, dan semua jenis barangnya homogen. (Eeng Ahman, 2008:56). Oleh karena itu, sulit sekali untuk menemukan contoh mekanisme pasar persaingan sempurna.
Dari kurva (a) pasar persaingan sempurna di samping kita dapat menganalisis bahwa pada tingkat harga berapapun perusahaan di pasar persaingan sempurna tidak dapat mengubah harga pasar. Dalam pasar persaingan sempurna nilai Demand akan sama dengan marginal revenue, average revenue, dan ingat bahwa di setiap bentuk pasar tingkat average revenue menunjukkan price.
Di sisi lain terdapat titik ekstrem berikutnya yaitu  monopoli. Bagaimanakah bentuk pasar monopoli? Sebenarnya di antara dua titik ekstrem ini terdapat jenis pasar yang justru sering kita temui di masyarakat. Bentuk pasar tersebut di antaranya oligopoli yang secara tidak sadar kita jumpai dalam pasar operator handphone, pasar monopolistic competitionyang sebenarnya tercermin jelas di pasar sabun mandi di Indonesia, dan jenis pasar lainnya. Dalam pembahasan kali ini akan dibahas mengenai bentuk monopoli dan oligopoli.
B.     Pasar Monopoli
a.      Pengenalan Pasar Monopoli
Titik ekstrem pasar yang kedua adalah monopoli. Mengapa monopoli bisa terjadi? Menurut Thomas M. Beveridge dalam bukunya Case and Fair menjelaskan monopoli bisa terjadi karena adanya regulasi dari pemerintah, adanya kepemilikan ide, terbatasnya substitusi, hambatan masuk pasar yang sangat besar, hingga monopoli alamiah. (Beveridge, 2008). Pernyataan Beveridge di atas dapat kita lihat dalam fenomena kehidupan kita, seperti PT PLN yang memiliki regulasi dari pemerintah sebagai monopolist listrik di Indonesia, selain itu PLN juga memproduksi barang yang sangat sulit substitusinya yaitu listrik. Apabila sebuah perusahaan ingin memasuki pasar listrik di Indonesia, ia akan menemui hambatan yan sangat besar. Walaupun di Indonesia tidak ada regulasi dari pemerintah, sebuah perusahaan yang ingin memasuki pasar listrik harus memiliki modal yang sangat besar. Dalam uraian ini terlihat ciri-ciri dari pasar monopoli. Eeng Ahman dalam bukunya memberikan ciri-ciri pasar monopoli yaitu:
1.      Jumlah penjualnya yang ada di pasar hanya satu.
2.      Penjual sebagai price maker.
3.      Hambatan untuk masuk pasar sangat besar.
4.      Informasi dalam pasar sangat terbatas (terjadi asymmetry information menurut Nordhaus). (Eeng Ahman, 2008).
b.      Permintaan, Biaya, serta Pendapatan yang Dihadapi Monopolist
 Melihat kurva di samping kita dapat memahami bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli. Jika dalam pasar persaingan sempurna, MR sama dengan AR, dalam pasar monopoli AR lebih besar daripada MR. Hal ini terlihat dari diagram di samping yang memperlihatkan AR berada di sebelah kanan MR. Tetapi dalam keadaan untuk mencapai keuntungan maksimal atau apabila rugi mencapai rugi minimal maka perusahaan di kedua pasar akan berproduksi saat MC sama dengan MR dan saat AC menaik. Keuntungan perusahaan dalam diagram tersebut ditunjukkan daerah persegi Pm dan AC.
c.       Defisiensi Output dalam Monopoli
Untuk semua struktur pasar, harga adalah lambang yang digunakan konsumen untuk menunjukkan penilaian terhadap suatu barang. Dalam bukunya Economics, Paul A. Samuelson menjelaskan bahwa di mana-mana perusahaan-perusahaan yang bersaing memberikan kepada masyarakat apa yang mereka inginkan dengan berproduksi sampai tingkat P=MC. (Samuelson dan Nordhaus, 1985: 167). Tetapi dalam perusahaan monopoli sering terjadi defisiensi output atau barang yang diproduksi.

C.    Pasar Oligopoli: Persaingan antara Segelintir Perusahaan
a.      Oligopolis, antitrust, dan Price Leader
Kita telah memahami mengenai dua titik ekstrim yang ada dalam struktur pasar yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli. Dalam kehidupan nyata kita akan lebih sering menjumpai bentuk pasar oligopoli. Pasar Oligopoli memiliki asal kata yaitu oligos yang artinya beberapa dan poli yang artinya penjual. Sehingga pasar oligopoli adalah struktur pasar yang hanya terdiri dari 3-10 perusahaan (Eeng Ahman, 2008). Perbankan dan Operator Telepon hanyalah dua di antara puluhan contoh pasar oligopoli di Indonesia.
Pada masa awal kapitalisme, para oligopolis kadang-kadang membentuk sebuah kartel atau trust. Mereka menyadari bahwa di antara perusahaan-perusahaan ini memiliki ketergantungan (interdependence) sehingga untuk memaksimalkan laba mereka membentuk kartel. Sayangnya, kartel seringkali merugikan pembeli ataupun perusahaan lain yang tidak tergabung dalam kartel. Oleh karena itu, keluarlah kebijakan antitrust dalam perekonomian di berbagai belahan dunia.
Nordhaus dan Samuelson dalam bukunya kembali menjelaskan bahwa tanpa adanya price leader atau penuntun harga para perusahaan di pasar oligopoli akan memberikan harga yang relatif sama pada pembeli (Nordhaus dan Samuelson, 1985:183). Kita dapat melihat fenomena ini pada pasar operator telepon yang memberikan tarif yang relatif sama untuk SMS dan menelepon.
b.      Oligopoli dan Kinked Curve Demand
Fenomena unik terjadi di pasar oligopoli, karena persaingan yang terjadi bukanlah persaingan harga, maka terciptalah kinked curve demand. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat gambar berikut:
Perusahaan yang berada dalam pasar oligopoli akan saling bergantung dalam masalah harga, oleh karena itu apabila terjadi persaingan harga, konsumen akan diuntungkan. Dari gambari kurva permintaan patah (kinked curve demand) di atas kita dapat menganalisis mengapa persaingan harga tidak efektif dalam pasar Oligopoli. Bayangkan bahwa harga keseimbangan awal ada di P1. Maka apabila Telkomsel menaikkan harga (dalam hal ini tingkat pulsa untuk menelepon) operator lainnya tidak akan mengikuti tindakan tersebut sehingga penurunan pengguna Telkomsel akan sangat drastis. Mengapa? Karena orang-orang bisa bebas memilih pindah ke operator-operator lain yang tidak menaikkan harganya. Sehingga dalam hal ini, apabila oligopolis menaikkan harga maka akan terjadi permintaan yang sangat elastis.
Namun, apabila suatu saat Indosat menurunkan harga (tarif pulsanya), operator-operator lain yang takut kehilangan pengguna operator mereka, akan ikut menurunkan harga juga. Sehingga peningkatan pengguna Indosat juga tidak pesat meskipun dia menurunkan harga. Dalam hal ini, permintaannya bersifat inelastis. Melihat analisis di atas bisa dilihat penggunaan persaingan harga tidaklah efektif bagi perusahaan di pasar oligopoli. Pasar oligopoli lebih sering menggunakan persaingan non-harga seperti iklan dan branding.

Sumber Bacaan:
Ahman, Eeng. 2008. Membina Kompetensi Ekonomi. Jakarta: PT Grafindo
Beveridge, M. Thomas. 2008. Case and Fair. Jakarta: PT Erlangga

Samuelson, A. Paul dan Nordhaus. 1985. Economics. Jakarta: PT Erlangga

Tidak ada komentar: